5 Hal Bermakna dari Drama Korea Forecasting Love and Weather

Belum lama ini serial drama Korea Forecasting Love and Weather yang tayang di Netflix telah tamat. Melihat beberapa komentar netizen, sepertinya banyak yang tidak mengikuti drama ini sampai selesai. Selain mungkin karena agak kalah pamor dengan drama Twenty Five Twenty One yang tayang di hari yang sama, banyak yang berasalan drama berlatar percintaan di kantor BMKG Korea Selatan ini agak membosankan. Tapi bagi saya pribadi yang mengikuti drama ini dari awal sampai selesai, Forecasting Love and Weather ini bagus dan memberikan beberapa pelajaran kehidupan bagi para penontonnya. 
Drama forecasting love and weather yang dibintangi oleh park mim young dan song kang
Credit picture to @jtbcdrama on Instagram

Beberapa pelajaran yang bisa diambil setelah menonton serial drama Forecasting Love and Weather antara lain:

#1. Pentingnya komunikasi dengan sesama pasangan. 
Salah satu penyebab hubungan antara Jin Ha-kyung dan Han Ki-jun yang kandas ternyata dimulai dari kurangnya komunikasi di antara mereka berdua. Mereka berdua sering tidak mengungkapkan apa yang dirasakan atau diinginkan, serta hanya berekspektasi pasangannya akan paham sendiri dengan hal tersebut. Padahal dalam beberapa kesempatan, memang ada hal yang harus disampaikan secara lisan dan jelas agar apa yang dimaksud bisa dipahami oleh pasangan. 
Begitu pula yang terjadi dengan keluarga peramal cuaca Um Dong-han, dimana sangat istri sulit mengungkapkan apa yang diinginkannya dan malah menggertak minta cerai agar suaminya berubah. Alih-alih suaminya berubah, malah suaminya ikut setuju saja jika harus bercerai. Padahal yang diinginkan oleh istrinya adalah Pak Um mau meluangkan waktu untuk keluarga dan mengucapkan terima kasih kepadanya. 

#2. Terlalu sibuk dan lama jauh dari keluarga bisa membuat seseorang akhirnya berubah jadi orang asing di dalam keluarganya sendiri. 
Peramal cuaca Um Dong-han selama ini bekerja jauh dan sangat sibuk sampai tidak ada waktu untuk keluarganya. Ketika pindah ke rumah lagi bersama keluarganya, dia malah merasa asing, serba salah dan seolah tidak diterima. Dia pun beralasan selama ini bekerja sangat sibuk dan jauh juga demi keluarga. Namun dia lupa bahwa tugas seorang kepala keluarga bukan hanya mencari nafkah, tapi juga harus meluangkan waktu untuk keluarga dan terlibat aktif dalam urusan rumah tangga. 

#3. Terkadang wanita harus menjadi seorang pencari nafkah keluarga tanpa didukung support system yang memadai. 
Asisten direktur Oh Myung-joo harus pontang-panting membagi waktu untuk bekerja di kantor dan mengurus dua anaknya yang sangat aktif. Sementara suaminya minta cuti setahun agar fokus bisa lulus ujian kenaikan tingkat. Ketika sudah diberi kesempatan, suaminya malah tidak serius belajar dan asyik bermain baseball tanpa mau membantu urusan rumah tangga. Hmmm sungguh minta dirujak ya suaminya. Untungnya Bu Oh bisa tegas dan memberikan ultimatum kepada suaminya. Di sini kita bisa mencontoh Bu Oh, sebagai wanita harus bisa tegas mengambil keputusan demi menyelamatkan kelangsungan keluarga. 

#4. Hubungan orang tua dan anak tidak selalu indah, terkadang ada yang sangat "toxic".
Yang nonton serial ini tentu tahu kan, bagaimana kelakuan ayah dari Lee Si-woo yaitu pak Lee Myung-han yang seperti benalu untuk anaknya. Kerjanya hanya judi, mabuk, main wanita, dan menghabiskan uang anaknya. Mau diputus hubungan tapi ya ayah sendiri, mau terus berhubungan tapi kok sangat menyakiti.
Begitu pula hubungan Jin Ha-kyung dengan sang ibu, Bae Soo-ja. Walaupun tidak separah ayah Si-woo, ibu Bae ini selalu menekan anaknya untuk segera menikah dan sibuk mencarikan jodoh sesuai seleranya sendiri tanpa persetujuan dari anaknya. Ibu Bae berdalih itu semua demi kebaikan anaknya, sampai lupa bahwa anaknya berhak untuk berpendapat dan memilih pasangan serta jalan hidupnya sendiri. Di akhir cerita, hubungan para orang tua dan anak ini ternyata bisa menjadi lebih baik setelah masing-masing pihak lebih jujur mengungkapkan isi hatinya dan memilih untuk mau berubah. 

#5. Sibuk meramal hal yang belum terjadi di masa depan, sampai lupa untuk bersyukur dan menikmati hari ini. 
Meramal cuaca maupun meramal masa depan terkadang memang sangat susah dan bisa berarti ramalan atau perkiraan kita akan salah. Ketika kita hanya fokus dengan takut salah saja, malah kita jadi tidak bisa menikmati hidup. Terima saja jika kita harus salah, ambil hikmahnya dan lanjutkan hidup lagi. Nikmati setiap prosesnya seperti menikmati pergantian cuaca yang panas, sejuk, dingin, ataupun hujan badai. Karena hujan badai pun nantinya akan berlalu. Sebagaimana kehidupan, badai cobaan hidup juga nantinya akan berlalu. Dan ketika ada badai, akan lebih baik jika kamu tidak sendiri tapi ada seseorang yang tepat menemani. Dan aku harap orang itu adalah kamu, katanya Jin Ha-kyung ke Lee Si-woo lho ini hehehe. 

Nah, itulah beberapa pelajaran yang menurut saya bisa diambil setelah menonton serial drama tersebut. Adakah yang mau nambahin lagi? Serius deh, serial drama Forecasting Love and Weather ini "worth to watch" kok untuk ditonton sampai akhir. 

Comments