Perjuangan Mendapatkan Vaksin sebagai Perantau di Jogja (Part 1)

Sebagai rakyat jelata tidak ber-privilege, di masa pandemi ini, awalnya saya sempat merasa galau dengan ketentuan penerima vaksin. Awalnya penerima vaksin diprioritaskan kepada para lansia saja. Sampai akhirnya awal bulan Juni kemarin akhirnya ada kabar bahwa vaksinasi mulai diberikan kepada masyarakat umum non lansia atau usia 18 tahun ke atas.
Saya sempat lega, sebelum tahu ternyata masih ada syarat lainnya, agar memenuhi kriteria penerima vaksin. Yaitu harus memiliki KTP Jogja atau bekerja di kota Jogja. Lah saya ini ibu rumah tangga biasa, bukan KTP jogja juga, jadi kapan dong bisa ikut vaksinnya? Nelangsa sekali rasanya.
Photo by Markus Spiske from Pexels

Walaupun saya hanya ibu rumah tangga biasa, tapi saya juga ingin merasa lebih terproteksi dengan vaksin ini. Selain itu walaupun saya lebih banyak di rumah, bukan berarti tidak memiliki resiko tertular virus juga. Resiko tetap ada. Karena saya minimal masih harus bertemu tukang sayur dan driver ojek online hampir setiap harinya (karena saya memiliki usaha makanan rumahan yang menggunakan jasa antar ojek online). Selain itu, suami juga bekerja di rumah sakit walaupun bukan termasuk tenaga kesehatan. Gimana? Resiko saya tertular lumayan tinggi juga kan?
Yah walaupun kecewa dengan kriteria penerima vaksin yang ada, saya masih berusaha sabar dan berharap semoga pemberian vaksin bisa segera menyasar ke masyarakat umum (tanpa privilege atau embel-embel tertentu), pokoknya berharap semuanya bisa divaksin deh. Karena jika harus menunggu pandemi ini selesai, kok sepertinya masih tidak tahu sampai kapan huhu. Jadi mau tidak mau kita yang harus beradaptasi dan sesegera mungkin menambah proteksi diri dengan vaksin.
Selang berapa hari, saya menerima info jika mulai ada kuota penerima vaksin lagi untuk umum. Saya langsung menghubungi suatu rumah sakit untuk memastikan apakah saya bisa ikut vaksin kali ini. Setelah bertanya dengan pihak rumah sakit, lagi-lagi saya masih harus kecewa karena pelayanan vaksin di rumah sakit tersebut harus seseorang yang bekerja di wilayah kota Jogja (bahkan yang bekerja di Sleman juga tidak bisa).
Sampai akhirnya saya kembali mendapat info kuota vaksin dari rumah sakit lain. Namanya RS DKT Soetarto, jujur saya baru pernah dengar sebelumnya rumah sakit ini. Langsung saya lihat ke media sosial resmi rumah sakit tersebut dan menghubungi nomer WhatsApp yang tertera. Awalnya ya memang coba-coba saja dimanapun itu yang penting bisa ikut vaksin.
Setelah saya mengirimkan pesan via WhatsApp, pihak rumah sakit akhirnya membalas dan meminta saya mengisi beberapa data diri via form Google. Saya pun segera mengisinya dan kembali menunggu balasan. Oya di bagian form pekerjaan, saya mencentang pedagang karena saya memang berdagang makanan.
Saya mengisi form ini tepatnya pada hari Rabu pagi, yang kemudian pada Rabu malam saya mendapat balasan jadwal vaksin sudah keluar nanti pada hari Jumat di pekan yang sama.
Karena proses yang lumayan cepat, saya sempat agak kaget dan berpikir wah beneran nih? Saat itu bahkan suami yang sudah mendaftar vaksin terlebih dahulu di rumah sakit lain, jadwalnya masih lebih lama sekitar seminggu setelah jadwal vaksin saya.
Kegalauan belum berakhir sampai di situ, karena ada syarat harus membawa surat keterangan pemilik usaha. Duh ini gimana dan dimana ya membuatnya? Untuk perantau seperti saya ini, kadang mengurus surat keterangan ini itu sungguh adalah hal yang merepotkan dan bingung juga harus tanya ke siapa. Akhirnya mencari info di Google kembali menjadi plihan bantuan. Singkat cerita, akhirnya surat keterangan pemilik usaha bisa dibuat secara online dan dokumennya tinggal di- print saja keesokan harinya.
Dan waktu yang ditunggu akhirnya tiba, hari Jumat saya pun berangkat vaksin ke RS DKT Soetarto. Ketika naik taksi online, kebetulan drivernya sudah divaksin juga dan sempat ngobrol tentang vaksin. Saya pun salut karena pak drivernya antusias sekali dengan vaksin dan bahkan sedang mengusahakan istrinya untuk ikut vaksin juga. Nah beliau ini yang sudah lebih berumur saja antusias terhadap vaksin, masa yang muda-muda malah pada lebih percaya hoax dan jadi anti vaksin hehe malu ya.
Ketika sampai di depan RS, saya langsung disambut petugas dan ditanyai keperluannya apa. Saya jawab kedatangan saya untuk vaksin. Kemudian petugas mengarahkan saya untuk cek lebih dahulu di papan pengumuman di sebelah meja, apakah ada nama saya tercantum di sana. Dan benar memang ada. Lalu saya diberi nomor antrian dan diarahkan masuk menuju ke tengah halaman RS. Sudah ada beberapa tenda yang menangani vaksin. Pertama menuju ke meja 1, di sini saya menunggu panggilan sesuai nomor antrian. Ketika sudah dipanggil, saya ditanyai nomer handphone aktif dan nama lengkap serta menyerahkan KTP. Lalu saya diukur tekanan darahnya. Kemudian di meja 2, saya menyerahkan data dari meja 1 kemudian ditanyai apakah sedang hamil atau menyusui, punya penyakit bawaan apa, sudah pernah kena covid atau belum, sedang konsumsi rutin obat tertentu atau tidak. Kemudian jika lolos langsung lanjut ke meja 3. Di meja 3 saya kembali dicek datanya dan ditanyai apa pekerjaannya. Dan kemudian saya pun disuntik vaksin di meja selanjutnya. Setelah disuntik, saya disuruh menunggu sekitar 15 menitan untuk memantau ada KIPI atau tidak. Lalu jika sudah, kartu keterangan sudah vaksin pun diberikan bersama obat pereda nyeri dan demam serta obat anti mual. Dokter di lokasi juga mengingatkan kembali untuk datang 3 bulan kemudian untuk menerima vaksin dosis kedua. Oya di sini saya menerima vaksin Astrazeneca ya. 
Nah akhirnya proses vaksin dosis pertama saya pun selesai. Alhamdulillah lega rasanya, dan saya sangat berterima kasih kepada pihak RS DKT Soetarto yang sudah melayani dengan baik meskipun saya memiliki KTP luar Jogja. Efek vaksin dosis pertama yang saya rasa adalah ada rasa mengantuk dan mual sekilas. Kemudian rasa nyeri di bekas suntikan serta sakit kepala. Tapi ya tidak berlangsung lama dan masih bisa ditahan kok. Jadi jangan ragu untuk vaksin ya!
Kini saya masih menunggu waktu vaksin dosis kedua. Sempat galau juga karena melihat berita ada beberapa lokasi yang katanya kehabisan stok vaksin sehingga proses vaksinasi jadi tertunda. Saya harap untuk dosis kedua nanti di sini aman stoknya dan lancar-lancar saja ya semuanya hehe aamiin. Semangat ya semuanya, semoga pandemi ini lekas usai dan sehat selalu untuk kita semua.
Oya nanti otomatis sertifikat vaksinnya bisa di-download sendiri di aplikasi Peduli Lindungi ya. 
Akhirnya dapat sertifikat vaksin




Comments